Pages

Kamis, 07 Maret 2019

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN




1.      PENGERTIAN
Keperluan akan bahan pangan senantiasa menjadi permasalahan yang tidak putus-putusnya. Kekurangan pangan seolah olah sudah menjadi persoalan akrab dengan manusia. Kegiatan pertanian yang meliputi budaya bercocok tanam merupakan kebudayaan manusia paling tua.   Sejalan dengan peningkatan peradaban manusia, teknik budidaya tanaman juga berkembang menjadi berbagai sistem. Mulai dari sistem yang paling sederhana sampai   sistem yang canggih. Berbagai teknologi budidaya dikembangkan guna mencapai produktivitas yang diinginkan.   Istilah teknik budidaya tanaman diturunkan dari pengertian kata-kata teknik, budidaya, dan tanaman. Teknik memiliki arti pengetahuan atau kepandaian membuat sesuatu, sedangkan budidaya bermakna usaha yang memberikan hasil. Kata tanaman merujuk pada pengertian tumbuh-tumbuhan yang diusahakan manusia, yang biasanya telah melampaui proses domestikasi.    Teknik budidaya tanaman adalah proses menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri dengan memanfaatkan sumberdaya tumbuhan. 
Cakupan obyek budidaya tanaman meliputi tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Sebagaimana dapat dilihat, penggolongan ini dilakukan berdasarkan objek budidayanya: 
a.       Budidaya tanaman, dengan obyek tumbuhan dan diusahakan pada lahan yang diolah secara intensif.
b.    Kehutanan, dengan obyek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar.

Budidaya tanaman  memiliki dua ciri penting yaitu:  
a.       Selalu melibatkan barang dalam volume besar
b.      Proses produksinya  memiliki resiko yang relatif tinggi.  


Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.

Minggu, 24 Februari 2019

IDENTIFIKASI TANAMAN SAYURAN DAN PERSYARATAN TUMBUH (2)

Kangkung (Ipomoea spp.)
Kangkung merupakan salah satu jenis tanaman sayuran daun, termasuk ke dalam famili Convolvulaceae. Daun kangkung merupakan sumber pro-vit A yang sangat baik. Kangkung dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan tempat tumbuhnya, yaitu:
1)   Kangkung air atau Kangkung rawa hidup di tempat yang basah atau berair, dan
2)      Kangkung darat, hidup di tempat yang kering atau tegalan.

Kangkung mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap kondisi iklim dan tanah di daerah tropis sehingga dapat ditanam (dikembangkan) di berbagai wilayah Indonesia.

Selada (Lact uca sat i va)
Terdapat dua kelompok besar budidaya selada yang berkembang di Indonesia. Pertama, selada daun bentuk korp-nya bulat lepas, daunnya hijau mengembang. Kedua, selada korp (Headi ng l et t uce) bentuk korpnya bulat atau lonjong dan korp-nya padat. Jenis yang paling banyak dibudidayakan adalah tipe selada daun, bentuk daunnya bergelombang cenderung berkerut-kerut, atau populer dengan nama selada keriting. Selada keriting toleran ditanam di daerah tropis dan panas sekalipun. Jenis selada keriting bahkan bisa tumbuh dengan subur di dataran rendah dan panas seperti Jakarta, tapi lebih baik lagi jika ditanam di dataran tinggi.Jenis yang tidak membentuk krop daun-daunnya berbentuk “rosette”. Warna daun Selada hijau terang sampai putih kekuningan. Selada jarang dibuat sayur, biasanya hanya dibuat salad atau lalaban.

Katuk (Sauropus androgunus L. Merr)
Katuk termasuk dalam famili Euphorbiaceae, banyak digunakan sebagai bahan sayuran, lalap, pewarna makanan dan obat. Beberapa nama daerah katuk antara lain karekur, simani dan cengkok manis. Tanaman katuk tumbuh menahun berbentuk
semak perdu dengan, ketinggian antara 2,5-5 m.
Gambar: Katuk
Meskipun sudah ditanam di berbagai daerah, namun usaha budidaya tanaman katuk masih merupakan usaha sambilan, karena potensi nilai ekonomi dan sosial tanaman ini belum banyak diungkap.

Seledri (Api um graveol ens L.  Dul ce)
Seledri termasuk dalam famil i Umbelliferae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak digunakan untuk penyedap dan penghias hidangan.Biji seledri juga digunakan sebagai bumbu dan penyedap dan ekstrak minyak bijinya berkhasiat sebagai obat. Apiin (apigenin 7– apiosilglukosida) adalah glukosida penghasil aroma daun seledri dan umbi celeriac.
Gambar: Seledri
Tanaman seledri dapat dibagi menjadi seledri tangkai, seledri umbi dan seledri daun.

Baca Juga:

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN


Bawang daun (Allium spp.)
Bawang daun yang banyak dibudidayakan di Indonesia ada tiga macam, yaitu:
1)      Bawang prei atau leek (Allium porum L.), tidak berumbi dan mempunyai daun yang lebih lebar dibandingkan dengan bawang merah maupun bawang putih, pelepahnya panjang dan liat serta bagian dalam daun berbentuk pipih.
2)      Kucai (Allium schoercoprasum), mempunyai daun kecil, panjang, rongga di dalam daun kecil dan berwarna hijau, serta berumbi kecil.
3)      Bawang bakung atau bawang semprong (Allium fistulosum), berdaun bulat panjang dengan rongga dalam daun seperti pipa, kadangkadang berumbi.

Bawang daun yang termasuk dalam famili Liliaceae ini mempunyai aroma dan rasa yang khas, sehingga banyak digunakan untuk campuran masakan seperti soto, sop dan lainnya, dan juga banyak dibutuhkan oleh perusahan produsen mie instan.
Gambar: Bawang Daun

Kubis (Brassica oleracea L.) 
Kubis merupakan tanaman semusim atau dua musim dan termasuk dalam famili Brassicaceae. Bentuk daunnya bulat telur sampai lonjong dan lebar seperti kipas. Sistem perakaran kubis agak dangkal, akar tunggangnya segera bercabang dan memiliki banyak akar serabut. Kubis mengandung protein, Vitamin A, Vitamin C, Vitamin B1, Vitamin B2 dan Niacin. Kandungan protein pada kubis putih lebih rendah dibandingkan pada kubis bunga, namun kandungan vitamin A-nya lebih tinggi dibandingkan dengan kubis bunga.

a.       Syarat tumbuh
Bayam cocok ditanam pada hampir setiap jenis tanah dan dapat tumbuh sepanjang tahun pada ketinggian sampai dengan 1000 m dpl. Waktu tanam bayam yang terbaik adalah pada awal musim hujan antara bulan Oktober–Nopember atau pada awal musim kemarau antara bulan Maret–April. Bayam sebaiknya ditanam pada tanah yang gembur dan cukup subur dengan kisaran pH 6-7. Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) kurang lebih 2.000 m dpl dan diutamakan lokasi lahan terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup, tetapi jika di tempat yang terlindung, tanaman Kangkung akan tumbuh memanjang tetapi kurus-kurus. Kangkung air membutuhkan tanah yang banyak mengandung air dan lumpur, misalnya rawa-rawa, persawahan atau kolam-kolam. Pada tanah yang kurang air (kekeringan), tanaman kangkung air pertumbuhannya akan kerdil dan lambat serta rasanya menjadi liat (kelat) Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan tidak mudah menggenang. Pada tanah yang becek, akar-akar dan batang tanaman kangkung darat akan mudah membusuk. Bawang daun cocok tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian 250-1500 m dpl, meskipun di dataran rendah anakan bawang daun tidak terlalu banyak. Daerah dengan curah hujan 150-200 mm/tahun dan suhu harian 18-25 0 C cocok untuk pertumbuhan bawang daun. Tanaman ini menghendaki pH netral (6,5-7,5) dengan jenis tanah Andosol (bekas lahan gunung berapi) atau tanah lempung

Tanaman katuk mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap lingkungan di daerah tropis, dapat tumbuh dan berproduksi dengan di dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman katuk toleran terhadap kondisi teduh (naungan) sehingga cocok ditanam di lahan pekarangan. Lingkungan yang paling ideal untuk membudidayakan katuk adalah daerah dengan suhu udara berkisar antara 21-32 0 C dengan kelembaban antara 50- 80%. Tanaman katuk toleran terhadap berbagai jenis tanah, hampir semua jenis tanah cocok ditanami katuk. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, tanaman ini membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, beraerasi dan berdrainase baik, serta mempunyai kemasaman (pH) 5,5-6,5.

Kubis pada umumnya ditanam di daerah yang berhawa sejuk, di dataran tinggi 800–2000 m dpl dan bertipe iklim basah, namun terdapat pula varietas yang dapat ditanam di dataran rendah atau 200 m dpl. Pertumbuhan optimum didapatkan pada tanah yang banyak mengandung humus, gembur, porus, pH tanah antara 6–7. Waktu tanam yang baik pada awal musim hujan atau awal musim kemarau. Namun kubis dapat ditanam sepanjang tahun dengan
pemeliharaan lebih intensif.

Selada tumbuh baik di dataran tinggi (pegunungan). Di dataran rendah kropnya kecil–kecil dan cepat berbunga. Pertumbuhan optimal pada tanah yang subur banyak mengandung humus, mengandung pasir atau lumpur. Suhu yang optimal untuk tumbuhnya antara 15–20 0 C, pH tanah antara 5-6,5. Waktu tanam terbaik adalah pada akhir musim hujan. Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau dengan pengairan atau penyiraman yang cukup.


Seledri merupakan tanaman yang sangat tergantung pada lingkungan. Untuk dapat memperoleh kualitas dan hasil yang tinggi, seledri membutuhkan temperatur berkisar antara 16–21 0 C. Tanah yang baik untuk pertumbuhan sel edri adalah yang mampu menahan air, berdrainase baik dan pH tanah berkisar antara 5,8–6,7. Karena memiliki sistem perakaran dangkal, seledri menghendaki air yang selalu tersedia. Irigasi tetes merupakan cara penggunaan air yang efisien dan hemat, serta dapat meningkatkan efisiensi penggunaan nitrogen.

IDENTIFIKASI TANAMAN SAYURAN DAN PERSYARATAN TUMBUH


A.        Ruang lingkup tanaman sayuran
Gambar: Jenis – Jenis Sayuran

Ruang lingkup tanaman sayuran dapat dipelajari menurut pengelompokannya berdasarkan  bagian yang dipanen atau yang dikonsumsi, seperti:
1) Sayuran buah, seperti; cabe, tomat, terong, timun dsb.
2) Sayuran daun, seperti; sawi, bayam, Kangkung, dsb
3) Sayuran batang/tunas, seperti; rebung bambu, asparagus
4) Sayuran umbi, seperti; wortel, kentang, bit, lobak, dsb.
5) Sayuran bunga, seperti; brocoli, kol bunga, dsb.
6) Sayuran polong, seperti; buncis, kacang panjang,  kapri dsb
Disamping itu tanaman sayuran juga dikelompokkan berdasarkan ketinggian  tempat tumbuhnya, yakni;
1) Sayuran dataran tinggi, seperti wortel, lobak, kubis/kol, brocoli, kentang dsb
2) Sayuran dataran rendah, bawang merah, oyong, dsb
3) Sayuran dataran tinggi dan dataran rendah, seperti cabe, terong,kangkung, bayam.

a.       Manfaat dan prospek mempelajari tanaman sayuran
Mengingat sayur merupakan salah satu kebutuhan pokok yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga banyak petani yang memanfaatkannya sebagai peluang bisnis yang cukup menguntungkan mereka.
Maka mempelajari tanaman sayuran akan memberi manfaat yang besar bagi kita karena kita akan memperoleh ilmu pengetahuan,  keterampilan dan sikap tentang agribisnis tanaman sayuran yang juga akan sangat bermanfaat bila dapat ditularkan kepada petani atau orang lain. Kebutuhan sayur datang dari masyarakat, baik untuk konsumsi pribadi maupun untuk pemenuhan bahan baku bisnis yang mereka jalankan. Mulai ibu-ibu rumah tangga yang mencari sayur untuk kebutuhan gizi keluarganya, pelaku usaha makanan yang membutuhkan sayur sebagai bahan baku usaha mereka, sampai para pedagang sayur segar di pasaratau supermarket. Karena itu mempelajari tanaman sayuran memiliki prospek yang sangat baik bagi jika kita  dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut.
b.      Kunci sukses memproduksi tanaman sayuran
Ada 5 kunci sukses budidaya tanaman sayuran, yaitu berupa:
1)      Bibit
Kunci utama dalam budidaya adalah mempunyai bibit yang berkualitas. Kita harus ketahui benar ciri khas atau karateristik bibit yang akan kita tanam tersebut. Menurut pengalaman perlakuan apapun yang akan kita berikan kepada tanaman kita selama bibitnya tidak baik niscaya tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Jadi sekali lagi kunci utama sukses budidaya tanaman sayuran adalah mempunyai bibit yang berkualitas. Bibit berkualitas dapat berasal dari perbanyakan secara generatif atau vegetatif.

2)      Pupuk
Kita harus paham benar, berapa jumlah pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman kita. Selain itu juga jenis pupuk apa yang disenangi oleh tanaman yang sedang kita budidayakan, secara luas poin yang kedua ini juga meliputi tentang kesuburan tanah kita. Bahwa petani harus mengetahui berapa tingkat kesuburan tanahnya yang akan digunakan untuk membudidayakan tanamannya. Karena pupuk ini sangat erat kaitannya dengan kesuburan tanah baik itu ditinjau dari kimia, biologi dan fisika tanah.

3)      Pengolahan tanah
Tanah merupakan media untuk tumbuh dan berkembangnya suatu tanaman. Pengolahan tanah sangat penting untuk mengaktifkan mikroorganisme dan memperbaiki aerasi tanah. Pengolahan tanah juga berfungsi untuk mengendalikan hama-hama yang berada dalam tanah termasuk telurnya. Sehingga dalam arti luas adalah kita harus menyediakan media tanam yang sesuai dengan kebutuhan tanaman kita.

4)      Air
Lebih dari 90 % bagian tubuh tanaman adalah air sehingga air merupakan kebutuhan dasar dan wajib dalam budidaya tanaman. Air juga merupakan media transportasi unsur hara dari akar atau daun ke seluruh bagian tanaman.

5)      Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit sebenarnya kita tidak bisa hanya mengandalkan dengan pestisida saja tetapi juga harus kita kombinasikan dengan poin satu sampai empat. Sebagai contoh dalam pengendalian penyakit tanaman oleh sebab cendawan, kita tidak bisa hanya mengandalkan fungisida saja, tetapi kita harus memulai pengelolaannya dari awal. Bagaimana mengatur jarak tanam, pemberian pupuk, pengolahan tanah dan sebagainya.

c.       Jenis dan karakteristik tanaman sayuran
Sawi (Brassica spp.)
Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Petani kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu : sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan sawi huma. Sekarang ini masyarakat lebih mengenal caisim alias sawi bakso. Selain itu juga ada pula jenis sawi keriting dan sawi sawi monumen. Caisim alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina merupakan jenis sawi yang paling banyak dijajakan di pasar-pasar dewasa ini. Tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah, segar, dengan sedikit sekali rasa pahit. Selain enak ditumis atau dioseng, juga untuk pedangan mie bakso, mie ayam, atau restoran cina.

Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.
Gambar; Sawi dan Petsai
Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Sehubungan dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa/iklim yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang, sehingga tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan.

Petsai (Brassica chinensis L.)
Tanaman ini termasuk dalam famili Brassicaceae merupakan tanaman semusim dan dua musi m.  Tanaman petsai batangnya pendek sekali, hingga hampir tidak kelihatan. Bentuk daun bulat panjang, berbulu halus sampai kasar, dan rapuh. Tulang daun utamanya lebar sekali dan berwarna putih serta banyak mengandung air. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun petsai biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl.

Pakchoi (Brassica sinensis L.)
Pakchoi termasuk dalam famili Brassicaceae, berumur pendek ± 45 hari setelah tanam. Sayuran ini umumnya digunakan untuk bahan sup, untuk hiasan (garnish), tapi jarang dimakan mentah.
Gambar; Pakchoi
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.

Bayam (Amarant husspp.)
Budidaya bayam efektif dilakukan didataran rendah maupun dataran tinggi hingga ketinggian 1000 meter dari permukaan laut. Di Indonesia terdapat dua jenis tanaman bayam yang biasa dibudidayakan para petani. Pertama, jenis tanaman bayam cabut yang terdiri dari bayam hujau dan bayam merah. Cirinya, lebar daun relatif kecil, untuk jenis bayam hijau warnanya hijau terang agak keputih-putihan, untuk bayam merah warnanya merah hati cenderung gelap. Jenis kedua, bayam yang berdaun lebar atau bayam raja. Warna daunnya hijau tua cenderung keabu-abuan, tumbuh berdiri tegak. Cara panennya bisa dicabut atau dipotong.
Tanaman bayam merupakan tanaman semusim dengan siklus panen yang relatif singkat. Tanaman ini sangat mudah dibudidayakan secara organik karena umurnya relatif singkat, bisa dipanen setelah 20 hari, sehingga resiko serangan hama pun relatif lebih kecil. Budidaya bayam organik mempunyai perlakuan sama dengan budidaya non-organik, perbedaannya pada pemberian jenis pupuk. Sedangkan untuk pengendalian hama, petani biasa menanganinya dengan memperbaiki kesehatan tanaman seperti pemberian pupuk, pengairan dan menjaga kebersihan kebun.
Gambar: Bayam Cabut dan Bayam Merah

Budidaya bayam lebih efektif dilakukan tanpa tahapan persemaian terlebih dahulu. Hal yang perlu diperhatikan adalah tanaman bayam memerlukan cahaya matahari penuh. Suhu ideal berkisar antara 16-20 0 C, dengan kelembaban udara antara yang sedang. Namun bayam bisa beradaptasi pada suhu panas seperti di Jakarta sepanjang kelembabannya tinggi. Pada musim hujan bayam tidak begitu baik tumbuhnya, daun bayam mudah rusak terkena hujan yang terus menerus.

Jumat, 08 Februari 2019

CONTOH PROPOSAL SKRIPSI DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)

USULAN PENELITIAN
PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION
BAGI SISWA KELAS VII SMP 3 KARTASURA



A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan. Sebagai bukti adalah pelajaran matematika diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Peranan matematika terhadap perkembangan sains dan teknologi sangat dominan, bahkan bisa dikatakan bahwa tanpa matematika sains dan teknologi tidak akan dapat berkembang.
Namun hal ini belum disadari oleh sebagian siswa. Kenyataan di lapangan pembelajaran matematika belum sesuai harapan. Matematika dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit.  Dari hasil observasi, siswa cenderung tidak menyukai matematika dikarenakan penyampaian materi kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari sehingga konsep-konsep akademik sulit dipahami.
Di sisi lain, guru kurang inovatif dalam menyampaikan materi. Pada umumnya kondisi belajar mengajar yang diciptakan dan disediakan guru untuk keperluan pembelajaran dalam proses mengajar masih rendah. Guru cenderung monoton menguasai kelas dalam penyampaian materi sehingga siswa kurang leluasa dalam menyampaikan ide – idenya dan tidak pernah ada usaha siswa untuk belajar memahami konsep-konsep matematika. Hal ini berakibat kurangnya minat siswa dalam belajar matematika.
Rendahnya minat belajar matematika juga dialami siswa SMP 3 Karatasura. Hal ini terlihat ketika pembelajaran mengenai luas bangun datar siswa terlihat kurang antusias. Siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Siswa lebih menyukai menerapkan rumus bangun datar yang dituliskan oleh guru dari pada menemukan sendiri rumus bangun datar tersebut sehingga pemahaman siswa tentang rumus tersebut kurang maksimal karena siswa hanya menghafalkan rumus saja.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, hendaknya guru mampu memilih dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih menarik dan memacu keaktifan siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran yang menarik dan dapat memicu siswa untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME).
Realistic Mathematics Education (RME) merupakan pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang nyata bagi peserta didik, menekankan keterampilan “proses of doing mathematics”, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika tersebut untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Dengan cara ini diharapkan siswa dapat menemukan sendiri bentuk penyelesaian suatu soal atau masalah yang diberikan kepada mereka.
Salah satu prinsip dari RME adalah memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikontruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa, tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut. Kondisi yang diperlukan untuk proses belajar mencakup kondisi yang fleksibel, lingkungan yang responsive, kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian dan yang bebas tekanan.
RME mampu membuat siswa aktif dan guru hanya berperan sebagai fasilisator, motivator, dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Setiap siswa bebas mengemukakan dan mengkomunikasikan idenya dengan siswa lain. Selain itu penerapan RME di Indonesia sudah disesuaikan dengan kultur Indonesia sehingga diharapkan dapat dilaksanakan dan dimengerti siswa. Diharapkan  dengan menerapkan pendekatan ini dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kartasura pada materi mengenai bangun datar.
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka terdapat dua rumusan masalah sebagai berikut.
a.       Adakah peningkatkan minat belajar matematika pada bangun datar setelah menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011?
b.      Adakah peningkatkan hasil belajar matematika pada bangun datar setelah menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011?
3.      Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk mendiskripsikan peningkatan minat dan hasil belajar siswa. Tujuan khusus penelitian ini diuraikan menjadi dua sebagai berikut.
a.       Mendiskripsikan peningkatkan minat belajar matematika pada bangun datar setelah menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011.
b.      Mendiskripsikan peningkatkan minat belajar matematika pada bangun datar setelah menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011.
4.      Manfaat Penelitian
a.       Manfaat Teoritis
Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika utamanya pada peningkatan minat dan hasil belajar matematika melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME).
Secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pembelajaran matematika melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dan mendeskripsikan peningkatan minat dan hasil belajar matematika pada siswa setelah menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME).
b.      Manfaat Praktis
Pada tataran praktis, penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh guru matematika dan siswa. Bagi guru, dapat memanfaatkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) sehingga minat siswa dalam pembelajaran matematika dapat meningkat. Bagi siswa, dapat meningkatkan minat belajar matematika dan mengembangkan potensi yang dimiliki dalam diri masing-masing siswa.
5.      Definisi Istilah
a.       Minat Belajar
Minat belajar adalah kecenderungan diri siswa yang berupa perasaan senang, perhatian, kemauan dan kesadaran siswa untuk merasa tertarik dalam belajar. Adapun indikator dari minat belajar sebagai berikut :
1)   Keinginan siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru.
2)   Keinginan siswa untuk mau bertanya pada guru.
3)   Kemauan siswa untuk mengerjakan latihan soal di depan kelas.
b.      Hasil Belajar
Hasil belajar matematika adalah perolehan nilai dari kegiatan pembelajaran matematika yang sudah diberikan oleh guru. Hasil belajar matematika akan diukur berdasarkan nilai hasil ulangan setelah pembelajaran berlangsung dengan nilai lebih dari sama dengan nilai KKM. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai pekerjaan, hasil dari pekerjaan siswa dan kekompakan siswa dalam bekerjasama dengan teman.
c.       Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) adalah adalah pembelajaran matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah relaistik digunkan sebagai sumber munculnya konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.
Langkah-langkah pendekatan RME adalah sebagai berikut.
1)      Memahami soal kontekstual.
2)      Menjelaskan masalah kontekstual.
3)      Menyelesaikan masalah kontekstual.
4)      Membandingkan dan mendiskusikan jawaban.
5)      Menyimpulkan jawaban.
B.    LANDASAN TEORI
1.      Kajian Teori
a.       Minat dan Hasil Belajar Matematika
1)      Hakikat Matematika
Panca dalam Janah (2010: 15) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu yang diciptakan sesuai apa yang dilihat, dialami dan direncanakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi tidak mungkin apabila matematika itu tidak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan tidak berkembang.
Johnson dan Myklebust dalam Syarifah ( 2009: 14) mengemukakan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktiknya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Lernes dalam Thoyib ( 2008: 19) menyatakan disamping sebagai bahasa simbolik juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.
Menurut Frendentae dalam Janah (2010: 15) matematika adalah aktifitas manusia (mathematics as a human activity). Cara belajar matematika yang paling baik adalah dengan menemukannya kembali.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa matematika adalah ilmu yang berupa bahasa simbolis. Penciptaan matematika sesuai aktivitas manusia sehingga memudahkan manusia untuk berfikir.
2)      Hakikat Belajar
Syah dalam Marsudi ( 2011: 21) menyatakan belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Menurut pengertian ini, perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah dan jenuh tidak dipandang sebagai proses belajar.
Hartini, Suwarno dan Marsudi dalam Marsudi (2011: 21-22) menyimpulkan pengertian belajar sebagai berikut.
a)      Belajar itu membawa suatu perubahan baik dalam perubahan perilaku aktual maupun potensial.
b)      Perubahan itu pada dasarnya adalah diperoleh pengalaman baru.
c)      Perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
d)     Perubahan itu cenderung lama.
e)      Perubahan itu menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Unsur – unsur dalam proses belajar terdiri dari a) motivasi dorongan untuk berbuat, b) bahan belajar, yakni materi yang membantu siswa melakukan kegiatan belajar, c) alat bantu belajar, yakni alat yang digunakan untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar, d) suasana belajar, yakni keadaan lingkungan fisik dan psikologis yang menunjang belajar, e) kondisi subjek belajar, yakni keadaan jasmani dan mental untuk melakukan kegiatan belajar.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang cenderung menetap dan dilakukan dengan sengaja sebagai hasil interaksi dengan lingkunagannya. Perubahan itu meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
3)      Minat Belajar Matematika
Menurut Sagala dalam Wijayanti (2010: 9), pembelajaran perlu memeperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab timbulnya perhatian. Sesuatu yang menarik minat dan kebutuhan anak, tentu akan menarik perhatiannya. Dengan demikian, mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar.
Slameto (2003:180) mengemukakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar. Sesuatu yang kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minatnya.
Dalam pembelajaran matematika perlu ditanamkan minat agar timbul rasa perhatian siswa terhadap materi ajar sebagai sesuatu yang memiliki arti penting untuk dipelajari. Oleh karena itu, perlu dibangun suatu perasaan senang pada diri siswa pribadi.
4)      Hasil Belajar Matematika
Arikunto dalam Marsudi (2011:48) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan sudah diterima siswa. Gunarso dalam Marsudi (2011:48) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh murid sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka maupun huruf serta tindakan.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah usaha seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang diterima setelah belajar, adapun hasilnya dapat berupa angka, huruf maupun tindakan dan wujud kongkritnya.
b.      Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
1)      Konsep Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Freudenthal dalam Uzel, Devrim dan Servinc Mert Uyangor (2006: 1952) mengemukakan bahwa RME adalah sebuah pendekatan di mana pendidikan matematika dipahami sebagai kegiatan manusia. Masalah-masalah realisik digunakan sebagai sumber muculnya konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.
Menurut Sujadi dalam Kusumaningrum (2009: 20) langkah-langkah pembelajaran Matematika dengan RME terbagi atas lima langkah sebagai berikut.
a)        Memahami soal kontekstual. Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dalam kehidupan sehari-hari siswa.
b)        Menjelaskan masalah kontekstual. Setelah siswa memahami masalah kontekstual yang diberikan beberapa siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan apa yang dipahami dari masalah tersebut.
c)        Menyelesaikan masalah kontekstual. Siswa secara individu atau kelompok menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri.
d)       Membandingkan dan mendiskusikan jawaban. Guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban secara berkelomok, kemudian diperiksa dan diperbaiki selanjutnya didiskusikan di dalam kelas.
e)        Menyilmpulkan. Dari hasil diskusi guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan terhadap suatu konsep atau prosedur yang mereka pelajari.
2)      Penerapan Pendekatan RME pada Konsep Bangun Datar
Langkah-langkah pendekatan RME pada materi bangun datar, yaitu:
a)        Siswa membawa bangun datar yang terbuat dari kardus.
b)        Siswa secara berlelompok mempelajari tentang luas persegi panjang.
c)        Guru memberikan persoalan pada siswa tentang bagaimana mencari luas bangun segitiga, belah ketupat, trapesium dan layang-layang.
d)       Guru menginstruksikan pada tiap kelompok untuk mencari luas bangun tersebut dari turunan rumus persegi panjang. Dengan cara memotong bangun datar yang terbuat dari kardus agar menjadi persegi panjang seperti contoh berikut ini.

( bangun jajar genjang sebelum dipotong )
 







( bangun jajar genjang setelah dipotong )






Jadi luas jajaran genjang adalah alas jajar genjang dikalikan tinggi jajar genjang sesuai luas dari persegi panjang.

e)        Guru mempersilakan beberapa siswa untuk menjelaskan tentang permasalahan yang mereka pahami.
f)         Siswa saling bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahn secara berkelompok.
g)        Guru memberikan waktu untuk tiap-tiap kelompok membandingkan dan mendiskusikan jawaban mereka.
h)        Guru mengarahkan pada siswa untuk menyimpulkan jawaban dari pemasalahan.


2.      Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Sebagai perbandingan dalam penelitian ini, peneliti akan menguraikan hasil-hasil penelitian terdahulu.
Chrysostomou, Marilena dan George N. Philippou (2010)  menyatakan bahwa keberhasilan seorang guru dalam proses belajar mengajar matematika sangat dipengaruhi oleh epistemology guru dalam menggunakan metode pembelajaran.
Lusiana, Ika Septi (2004:79) menyimpulkan bahwa pemberian tindakan pembelajaran realistik yang efektif dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep dimensi tiga. Perubahan tingkah laku setelah tindakan tersebut adalah perhatian, motivasi dan kemampuan siswa dalam mempelajari matematika meningkat.
Uzel, Devrim dan Servinc Mert Uyangor (2006) menyatakan bahwa bahwa siswa memiliki sikap positif terhadap matematika setelah pendidikan matematika realistik digunakan. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa siswa menyadari kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari setelah instruksi.
Dolk, Maarten, Sutarto Hadi dan Robert K. Sembiring (2008) menyatakan bahwa siswa dan guru menganggapi secara positif pembelajaran yang dikembangkan dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Guru yang secara aktif terlibat dalam pengembangan materi dan pengalaman siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran Matematika membantu mereka dalam menghindari kesulitan standar.
3.      Kerangka Berfikir
Suatu kerangka berfikir dapatlah disusun guna memperoleh jawaban sementara atas permasalahan yang timbul berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas.
Pada kondisi awal siswa kelas VII SMP N 3 Kartasura mempunyai minat dan hasil belajar matematika yang rendah. Hal ini dikarenakan guru kurang tepat dalam menggunakan pendekatan pembelajaran. Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika.
Salah satu pendekatan yang dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika adalah pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Langkah-langkah pendekatan RME adalah sebagai berikut.
a.     Memahami soal kontekstual.
b.    Menjelaskan masalah kontekstual.
c.     Menyelesaikan masalah kontekstual.
d.    Membandingkan dan mendiskusikan jawaban.
e.     Menyimpulkan jawaban.
Kondisi akhir yang diharapkan dengan penggunaan pendekatan RME dalam proses belajar mengajar adalah dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam belajar matematika.
Berdasarkan uraian di atas, kerangka berfikir penelitian ini dapat di ilustrasikan pada gambar berikut.





Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
4.      Hipotesis Tindakan
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan dan kerangka pemikiran tersebut di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan “Melalui pendekatan RME dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika bagi siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kartasura tahun 2011/2012”.
C.    METODE PENELITIAN
1.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Hopkins dalam Sutama (2010: 15) PTK adalah penelitian yang mengkomnbinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Arah dan tujuan penelitian tindakan yang dilakukan demi kepentingan peserta didik dalam memperoleh hasil belajar yang memuaskan.
Penelitian tindakan kelas bersifat praktis, situasional dan kondisional berdasarkan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran. Pengamatan selama tindakan penelitian dilakukan oleh peneliti yang dibantu guru matematika. Pengamatan dilakukan berdasarkan pedoman observasi yang disiapkan. Kejadian-kejadian penting selama proses tindakan berlangsung yang belum termuat dalam observasi dibuat pada catatan lapangan.
2.      Tempat dan Waktu Penelitian
a.       Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Kartasura yang beralamat di Jalan Pangeran Diponegoro nomer 64 Kartasura. Status sekolah yaitu sekolah negeri dengan kualitas sarana dan prasarana yang memadai untuk proses belajar mengajar.
b.      Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah empat bulan. Waktu penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap dan akan diuraikan secara singkat sebagai berikut.
1)      Tahap Persiapan            :    Minggu II bulan September 2011 sampai minggu II bulan November 2011.
2)      Tahap Pelaksanaan        :    Minggu III bulan November 2011 sampai minggu II bulan Desember  2011.
3)      Tahap Analisis Data      :    Minggu III bulan Desembar 2011 sampai minggu I bulan Januari 2012.
4)      Tahap Pelaporan           :    Minggu II bulan Januari 2012 sampai minggu I bulan Februari 2011.


3.      Subyek Penelitian
Pelaku tindakan dalam penelitian ini adalah peneliti yang dibantu oleh guru bidang studi matematika dan kepala sekolah. Adapun yang dikenai tindakan adalah siswa kelas VII sebanyak 40 orang yang diambil atas dasar prestasi belajar matematika yang rendah.
4.      Data, Sumber Data dan Nara Sumber
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang pemahaman siswa mengenai bangun datar, motivasi siswa dalam mempelajari bangun datar serta kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran (termasuk pendekatan pembelajaran) di kelas. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi, a. Informan atau nara sumber, yaitu guru dan siswa, b. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran dan tempat lain yang berkaitan, c. Dokumen atau arsip, yang antara lain berupa kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran dan buku penilaian.
5.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah obsrevasi, wawancara dan dokumentasi yang akan dijelaskan sebagai berikut.
a.       Observasi
Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk mengetahui adanya perubahan tingkah laku tindakan belajar siswa yaitu peningkatan minat dan hasil belajar matematika melalui pendekatan RME. Peneliti melakukan observasi sesuai dengan pedoman observasi yang ditetapkan
b.      Wawancara
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tidak terstruktur kaena penulis tidak menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis dan lengkap ntuk mengumpulkan datanya sehingga wawancara bebas. Dalam metode wawancara ini untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih jelas.
c.       Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa RPP pada kegiatan pembelajaran dengan pendekatan RME, buku-buku seperti buku pribadi, buku presensi dan foto-foto ketika pelaksanaan penelitian. Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data sekolah, nama siswa dan foto proses tindakan penelitian.
6.      Instrumen Penelitian
a.       Penyusunan Instrumen
Berdasarkan cara pelaksanaan dan tujuan, penelitian ini menggunaan observasi partisipasi peneliti. Dalam hal ini peneliti ikut ambil bagian kegiatan obyeknya, sebagaimana yang lain tidak tampak dalam sikap.
Keterlibatan peneliti dalam aktivitas penelitian dalam bentuk kegiatan dibedakan menjadi partisipasi sebagian (partial participal) dan partisipasi penuh (full participal). Partisipasi sebagian adalah suatu proses kegiatan yang berantai, peneliti hanya mengambil sebagian yang dianggap perlu untuk dilakukan pengamatan, sedangkan partisipasi penuh arinya pengamatan selalu mengambil bagian dengan melibatkan diri di dalamnya dari serangkaian prosestanpa melihat untuk membedakan momen-momen yang dianggap penting dan kurang penting. Metode ini digunakan untuk mengamati tingkah laku siswa secara langsung saat kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
b.      Validitas Isi Instrumen
Validitas isi instrumen merupakan ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan suatu instrumen. Uji validitas yang akan digunakan pada penelitian ini adalah uji validitas isi.
Pengujian validitas isi instrumen isi instrumen untuk menjamin kemantapan dan kebenaran data yang telah digali, dikumpulkan, dicatat dalam kegiatan penelitian maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperoleh. Penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2005:330)
7.      Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode alur. Dimana langkah-langkah yang harus dilalui dalam metode alur meliputi pengumpulan data, penyajian data dan verifikasi data.
a.       Proses Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikaji kemudian membuat rangkuman untuk setiap pertemuan atau tindakan di kelas. Berdasarkan rangkuman yang dibuat kemudian peneliti melaksanakan reduksi data yang kegiatan mencakup unsur-unsur 1) Memilih data atas dasar relevansi, 2) Menyusun data dalam satuan-satuan sejenis, 3) Memfokuskan penyederhanaan dan menstrasfer dari data kasar ke catatan lapangan.
b.      Penyajian Data
Pada langkah penelitian ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Dengan cara menampilkan data dan membuat hubungan antara variabel peneliti mengerti apa yang terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.
c.       Verfikasi Data
Verifikasi data atau penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan tinggi. Dengan demikian analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak tindakan dilaksanakan. Verifikasi data dilakukan pada setiap tindakan yang pada akhirnya dipadukan menjadi kesimpulan.
8.      Keabsahan Data
Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan keabsahan data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah teknik triangulasi.
Triangulasi dalam teknik pengumpulan data ini menurut Moleong (2004 : 330) merupakan  teknik  pemeriksaan  keabsahan  data  yang memanfaatkan  sesuatu  yang  lain  di  luar  data itu  untuk  keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
9.      Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat menghasilkan strategi pembelajaran matematika yang efektif dan menjamin diperolehnya manfaat yang baik. Rangkaian kegiatan diilustrasikan dalam langkah-langkah berikut.
Gambar 3.1  Siklus Pelaksanaan Penelitian, modifikasi dari kemmis dan Mc.Tanggart (Zaenal Aqib, 2009:108)

a.       Dialog awal
Suatu pertemuan Tim peneliti yang dilakukan untuk pengenalan, penyatuan ide, dan berdiskusi membahas masalah dan cara-cara peningkatan efektifitas pembelajaran matematika yang berfokus pada interaksi antara guru dan siswa.
b.      Perencanaan Tindakan Pembelajaran
Hasil dari dialog awal yang telah diputuskan dan disepakati bersama, selanjutnya disusun langkah-langkah persiapan tindakan pembelajaran.
c.       Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan, namun tindakan tidak mutlak dikendalikan oleh rencana tindakan. Rencana tindakan bersifat sementara, fleksibel dan siap diubah sesuai dengan keadaan yang ada sebagai usaha kearah perbaikan.
d.      Observasi dan Monitoring
Observasi dan monitoring dilakukan dengan mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan terhadap siswa.
e.       Refleksi
Kegiatan ini adalah kegiatan mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak suatu tindakan dari berbagai kriteria, yang menjadi dasar bagi pelaksanaan tindakan selanjutnya.
D.    DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zaenal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Krama Widya.
Chrysostomou, Marilena & George N. Philippou. 2010. ”Teacher’s Epistemological Beliefs And Efficacy Beliefs About Mathematics”, Procedia Social and Behavioral Sciences. Volume 9. Halaman  1509-1515.
Dolk, Maarten, Sutarto Hadi dan Robert K. Sembiring. 2008. ” Reforming mathematics learning in Indonesian classrooms through RME, ZDM Mathematics Education:. Volume 40. Nomor 39. Halaman  927–939.
Janah, Dwi Nur. 2010. Upaya Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education. Surakarta: (Skripsi) FKIP UMS (Tidak Dipublikasikan)
Kusumaningrum, Diana. 2009. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan SAVI dan RME pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok Ditinjau dari Kreativitas Belajar Siswa. Surakarta: (Skripsi) FKIP UMS (Tidak Dipublikasikan)
Marsudi, Saring dan Samino. 2011. Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta: Fairuz Media
Moleong,  Lexy  J.  2004.  Metodologi  Penelitian  Kualitatif.  Bandung:  Remaja Rosdakarya.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutama. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Surya Offset
Syarifah, Siti. 2009. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching). Surakarta: (Skripsi) FKIP UMS (Tidak Dipublikasikan)
Thoyib, Wakhid. 2008. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Siswa dalam Pemecahan Soal Matematika melalui Pendekatan RME. Surakarta: (Skripsi) FKIP UMS (Tidak Dipublikasikan)
Uzel, Devrim dan Servinc Mert Uyangor. 2006. ”Attitudes of 7th Class Student Toward Mathematics in Realistics Mathematics Education, International Mathematical Forum. Volume 1. Nomor 39. Halaman  1509-1515.
Wijayanti, Vina. 2010. Upaya Meningkatan Minat dan Prestasi Belajar Matematika Siswa melalui Metode Pembelajaran Edutaiment (Education Entertaiment). Surakarta: (Skripsi) FKIP UMS (Tidak Dipublikasikan)